Pengikut

Rabu, 21 November 2012

Inilah Jalanku...



      Dear…
      Maaf mengagetkan yah…
Maaf saya harus mengambil hal yang seperti ini, maaf juga saya menulis seperti ini, karena menurutku inilah yang terbaik. Maaf juga saya yang tidak mampu untuk mengatakannya secara langsung, karena memang diri saya tidak sanggup untuk mengungkapkannya, tiada daya yang mampu tuk menguatkan diri untuk melakukannya, tapi lewat tulisan inilah saya mampu bercerita dan berkata apa adanya.
    Harus saya akui dan sadari, sejak pertama kali bertemu denganmu, saya sudah merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ada semacam energi dan getaran yang membuat tubuh dan hati ini merasakan kaku, ngilu, dan gemuruh yang tidak dulu saya rasakan. Ada hal yang berbeda, dan aku tak tau apa itu artinya. Dan itu adalah kamu….
    Saya akui juga bahwa wajahmu dan senyummu membuatku susah untuk melupakanmu. Semua tentangmu lah yang akhirnya membuatku meyakinkan diri bahwa engkau adalah “yang” terbaik bagiku…menjadi pembeda dalam diriku. Yah kamulah yang bisa membuatku bisa tertawa, tersenyum, tenang, dan nyaman. Namun kamu jugalah bisa membuatku murung, terdiam, bersedih, bahkan menangis…
    Tapi yah inilah hidup manusia, yang tiada tau akan ujungnya. Saya punya sejuta rencana, tapi karena Yang Kuasa tidak mengijabahi dan membedakannya, maka rencana itu pun menjadi cerita dalam pikiran saya. Begitu pula dengan hal ini, saya terbesit suatu rencana, tetapi mungkin karena itu jelek, maka Tuhan tau, dan mengarahkan kembali saya untuk ingat akan hal itu.
   Aku menyadari, aku bukanlah siapa-siapa dalam hidupmu. Aku juga menyadari dan mengakui, bahwa kamu bukanlah sesuatu yang aku miliki, bukan hak aku untuk membuatmu selalu berada disampingku, memikirkan aku, atau mengingatku … Maka dari itulah, akupun sadar diri dan mengakui, tidak seharusnya saya ini selalu bersama denganmu. Tak seharusnya aku menginginkanmu untuk ada buat aku, walaupun itu sebagai “ade” aku.
   Aku mengamini kalau kamu adalah orang yang hebat, orang yang bisa mempengaruhi aku, membuatku “begitu bergantung” padamu. Tapi dari situ jugalah aku menyadari kalau ketergantungan selalu menciptakan yang buruk “bagiku”, bahkan terkadang menyesakkan aku. Maka dari itulah maafkanlah aku. Maafkan aku  yang pernah mengganggu hidupmu . Maafkan aku yang terlalu berharap padamu. Dan maafkan aku yang pernah, dalam lagunya Republik “Izinkan Aku Mencintaimu”. Dan dalam Black Glasses mengatakanSarang Heyo”.
   Maafkan aku juga yang kini seakan menjauh darimu, bukan menjauh ko sebenarnya, hanya ingin menata kembali hidupku, agar aku mampu dan bisa mengisi hari-hariku, dan masa depanku. Dan aku juga yakin ko, “maaf” sangat berharap nanti akan bersamamu kembali. Kapan itu ? waktu yang mungkin menjawabnya. Dan juga pasti kamu.
   Mmm,,,kembali dan datangilah aku, kapanpun kau mau. Kalupun tidak juga tak apa ko. Semua pintu ini terbuka ko untuk mu. Saya usulkan beberapa judul lagu yang mungkin mendeskripsikan keadaan ini, yaitu: “Harus Terpisah- Cakra”, “Bukan Dia tapi Aku- Judika”, “Cinta Jangan Kau Pergi- Vidi Aldiano”, “Cinta Dalam Hati- Ungu”, “Izinkan Aku Mencintaimu- Republik”, dan yang pasti “Harusnya Kau Pilih Aku- by Terry”.
Tapi itu semua tertutupi oleh Adera dalam “Lebih Indah”- nya.
    Okh ya saya unggahkan juga foto tentangmu. Itu satu-satunya foto yang saya miliki hasil jepretan sendiri, selama 2 bulan ini. Dan yang satunya lagi saya copy dari FB mu. Maaf yah…


   Terima kasih atas semuanya. Terima kasih telah memutihkan, memerahkan, menguningkan, dan meng- abu-abukan hidupku selama 2 bulan ini. Pastinya ini adalah suatu anugerah yang telah Tuhan berikan untuku, dan kehidupanku. Dan pasti semua  itu adalah yang terbaik untukku.
Maafkan aku, “kakamu” ini, maafkan sifat yang kekanak-kanakkan ini…
Mudah-mudahan hidupmu ceria, dan bahagia kembali…aku yakin itu...
Cemungudt yah…

Jumat, 02 November 2012

Tertekan



Pernahkah anda merasa hidup anda tertekan ?
Kapankah anda merasakannya ?

Yah itulah yang saya rasakan selama ini. Selama ini saya merasa hidup saya terasa dalam bayang-bayang orang lain sulit untuk melangkah dengan adanya. Serba salah dan merasa tak mampu berfikir secara logis. Ini semua memang karena salah saya. Saya terlalu berharap pada seseorang. Saya juga tidak melihat terlebih dahulu latar belakang dan keadaannya sebelum saya. Kini setelah semuanya terjadi, seiring waktu yang beerjalan, saya lah yang akhirnya merasa terbebani. Merasa beban itu sungguh berat pada pundak dan badanku ini. Jangankan berjalan, melangkah, bahkan bergemingpun badan ini tak sanggup…
Seolah beban itu selalu menaungi dan menempel ketat dalam hidupku. Tak mau beranjak apalagi mencoba meninggalkanku. Yah semua ini memang salah saya, yang tag mampu untuk memilih dan memilah apa yang ada disekitar kehidupanku. Semuanya seolang berjalan dengan baik dan berakhir dengan indah. Ternyata tidak, semuanya justru membawa saya pada jurang…dan lembah…. Lembah yang membuatku tak sanggup meninggalkannya.
Apa yang bisa saya lakukan selama ini ? selama ini yah saya hanya mampu menahan betapa perih dan sakitnya akan hal itu. Mencoba tetap tersenyum dengan keadaan yang ada. Mencoba tetap tegar, tetap tenang, dan tetap gembira, seolah-olah semua berjalan dengan baik-baik saja. Seolah semuanya berjalan dengan apa adanya dan seperti yang diinginkan.
Padahal tidak… saya ulangi lagi “TIDAK”…
Semua ini justru menyiksa bagiku. Serba salah. Ini semua juga karena dari dahulu aku berfikir dan berusaha agar tidak melakukan sesuatu yang tidak ingin aku terima. Tidak ingin melakukan apa yang selama ini aku benci, hindari, dan bahkan aku sempat mengutuknya. Oleh karena itu, ketika semua terjadi pada diri saya ini, saya merasa terjepit. Merasa salah, dan berdosa….
Maafkan saya yang sebesar-besarnya. Bagi mereka yang mungkin merasa, maka maafkanlah saya. Maafkanlah karena saya telah berharap terlalu besar terhadap anda. Mengharapkan sesuatu yang lebih, padahal itu tidak ada pada anda. Padahal saya tau, itu bukan anda.
Sekarang apa yang harus saya lakukan ?
Saya tidak tahu. Kecuali menjalani apa yang terjadi ini. Menjalani kegiatan dengan seperti diatas juga. Dengan kebebanan, dengan keterikatan, dengan ketidak-penuhan hati melakukan. Dan sambil berdoa suatu nanti akan lebih baik.
Atau juga saya melakukan hal yang tidak saya sukai juga. Menghindar dari anda, dan kehidupan anda… dengan mencari kehidupan yang baru, yang sesuai dengan kata hati ini…dan semua itu saya yakin bukan dengan dirimu…

“kaka, 3 November 2012”